Membahas luka.
Tidak jauh-jauh tentang seseorang.
Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap
dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan.
Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai
masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.
Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa
indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa
takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita.
Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta
tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya
hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.
Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring
dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika
pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya
saling mengukir luka. Kenapa dulu datang jika pada akhirnya pergi. Setelah rentetan-rentetan
penyesalan terucap, maka hati akan mampu menerima bahwa tidak semua yang datang
akan menetap, dan tidak semua pergi ada pulangnya.
Semuanya tidak sia-sia, Tuhan selalu
memberikan rencana yang baik. Setiap perpisahan dan pertemuan akan ada
pelajaran yang bisa diambil. Dijatuhkan agar mampu bangkit. Dilemahkan agar mampu
menjadi kuat. Dihancurkan agar mampu menjadi utuh.
Komentar
Posting Komentar