Langsung ke konten utama

Kisah Putih Abu-Abu #1


Kisah Putih Abu-Abu


''Saat itu gua percaya bahwa setiap kejadian yang gua alami, entah pengalaman sedih atau bahagia pasti selalu ada hikmah di baliknya, dan itu memang yang terbaik yang Allah SWT beri buat gua. Mungkin dengan gua diterima belajar di MAN gua bisa lebih tahu tentang ilmu agama, bisa lebih dekat dengan Allah SWT dan bisa lebih dalam mengembangkan diri lagi.''
             

   Kalian pasti setuju bahwa masa SMA atau yang lebih dikenal masa putih abu-abu adalah masa paling seru, dimana kita memiliki berbagai macam kenangan yang tak terlupakan mulai dari kenangan dimarahin guru karena tidur dikelas atau lupa bawa PR,  saat kita duduk bersebelahan dengan orang yang kita suka, atau pura-pura sakit biar bisa tidur di UKS sampe bel istirahat berbunyi.
   Gua yakin semua orang memiliki kenangan seperti itu, begitu juga dengan gua. Mungkin gua bakal menceritkan kenangan gua saat pertama kali memasuki masa putih abu-abu sampai gua lulus. Semoga kalian dapat menikmati cerita gua yang mungkin bakal sedikit membosankan. Oke langsung aja ya……….

MAN 12 Jakarta (Memulai Kisah Baru)


Putih abu-abu biasanya identik untuk SMA ataupun SMK, sebenernya masih ada satu lagi yang masuk kedalam  masa Putih Abu-abu yaitu MA (Madrasah Aliyah) sama seperti SMA dan SMK namun bedanya di MA ini berkedok agama islam. Dan gua ditakdirkan untuk melewati masa putih abu-abu di sekolah Madrasah Aliyah Negeri 12 Jakarta.


Sekolah Tercinta Awal terbentuk sebuah impian
MAN 12 Jakarta
Awal terbentuk sebuah impian
Sebenernya dulu gua ga kepikiran untuk sekolah di MAN, yang gua pikirkan cuma SMA dan SMK, intinya setelah lulus SMP gua kudu sekolah di SMA favorit di daerah gua. Setelah pengumuman nilai UN SMP keluar dan gua melihat hasil nilai gua, saat itu gua merasa sangat kecewa, lebih kecewa saat kita menyatakan perasaan kita namun ditolak oleh orang yang kita suka, lebih kecewa saat kita kehabisan tiket konser band favorit kita, dan mungkin lebih kecewa dari saat melihat Timnas Indonesai dipermalukan Timnas Malaysia, ya intinya gua sangat kecewa. Kerena dengai nilai yang seperti itu maka peluang gua masuk SMA favorit sirna sudah,, ya walupun saat itu nilai gua masih lolos seleksi SMA Negeri di kota gua.
Dengan segala pertimbangan dan kejadian mulai dari ayah yang merasa sangat kecewa terhadap hasil yang gua dapat sampai kebingungan mau lanjut sekolah dimana. Dan akhirnya gua masuk MAN 12 Jakarta, karena saat itu ada tetangga gua ngajak gua untuk ikut seleksi MAN dan akhirnya gua lolos. Saat pengumuman hasil seleksi, gua diberikan sebuah kekuatan dan keajaiban oleh Allah SWT, hasil seleksi ternyata gua berada di peringkat 20 dari 1000 peserta. Saat itu gua merasa gak percaya, ya karena kan gua lulusan SMP dan hanya sedikit tahu tentang pelajaran madrasah. Sebenernya gua udah keterima juga di SMA N, namun karena letak SMA nya yang jauh dan gua udah janji sama tetangga gua kalo misalnya dia sama gua lolos maka yang dipilih harus MAN 12 Jakarta. Dan saat pengumuman ternyata dia juga lolos walaupun peringkatnya masih dibawah gua (sombong gila…). Mungkin itu memnag rencana dari Allah SWT biar gua semangat belajar di MAN 12 Jakarta.
Saat itu gua percaya bahwa setiap kejadian yang gua alami, entah pengalaman sedih atau bahagia pasti selalu ada hikmah di baliknya, dan itu memang yang terbaik yang Allah SWT beri buat gua. Mungkin dengan gua diterima belajar di MAN gua bisa lebih tahu tentang ilmu agama, bisa lebih dekat dengan Allah SWT dan bisa lebih dalam mengembangkan diri lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...