Langsung ke konten utama

Episode 4

Terinspirasi dari sebuah cerita

Sepanjang zaman manusia tidak akan pernah lelah dalam mengartikan CINTA. Begitu banyak rasa yang bisa mengartikan CINTA, tawa, sedih, air mata dan masih banyak lagi dilema cinta. Entah itu cinta monyet, cinta abal-abal, dan Cinta sejati.

Islam telah mengatur segala sisi kehidupan manusia termasuk perkara tentang CINTA. Islam menerima kehadiran cinta, karena cinta itu fitrah. Islam pun telah mewadahi cinta dalam bejana emas bukan cinta yang ditempatkan didalam guci tanah yang lama kelamaan akan kotor dan menghitam.

Islam tak mengharamkan cinta namun islam  mengatur bagaimana cinta itu diletakkan. Ketika cinta kita salurkan pada tempat yang semestinya, kebaikan yang akan muncul darinya , begitu pula sebaliknya. Betapa hidup akan lebih bermakna ketika kita bisa menempatkan cinta pada jalan yang semestinya.

Dalam islam, cinta  tidak hanya didasari perkara duniawi semata. Cinta dalam islam tak lekang oleh waktu karena didasari cinta kepada yang Maha Cinta dan dilandasi oleh akhlakul karimah, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah SWT

Saya belajar untuk dapat mengartikan sebuah perasaan terhadap seseorang. Saya pernah mengalami hal yang sangat bodoh, dimana saya berharap terhadap sebuah perasaan, berjuang sekuat tenaga hanya untuk sebuah perasaan, menuntut untuk dibalas sesuai dengan harapan saya, namun saya melupakan hal yang paling penting, dimana saya mementingkan ego dan perasaan saya tersebut tanpa melihat siapa yang menciptakan perasaan itu, siapa yang mengatur perasaan itu. Dan pada akhirnya perasaan itu malah membuat saya seperti orang gila, merasa terkhianati, terjahati dll, padahal kenyataan memang saya yang salah. Saya salah meletakan sebuah perasaan, saya salah menyalurkan perasaan tersebut.


-Cinta Fisabilillah-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...