Langsung ke konten utama

Episode 5

~Jodoh, dimanakah kamu~

aku percaya atas janji-Mu ya Allah bahwa " laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik"
aku percaya dia yang jauh disana
dia yang entah sedang apa,  aku yakin dia sedang berjuang memperbaiki diri dan amalnya,,
maka ya Allah,  bantulah aku dalam memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk menemuinya,, permudahkanlah aku dalam memperbaiki amalku

untukmu yang entah siapa namamu..  jaga dirimu,, jaga imanmu,, semoga kita dipertemukan dalam keindahan Cinta yang diridhoi oleh Allah SWT

jika kamu belum dipertemukan dengan orang yang selalu kamu rindukan
yakinlah bahwa Allah akan mempertemukanmu dengan orang yang selalu merindukanmu

jika kamu belum dipertemukan dengan orang yang selalu kamu harapkan
yakinlah bahwa Allah akan mempertemukanmu dengan orang yang selalu berharap tentang mu

jika kamu belum dipertemukan dengan orang yang selalu kamu impikan
yakinlah bahwa Allah akan mempertemukanmu dengan orang yang selalu memimpikanmu

dan jika kamu belum dipertemukan dengan orang yang selalu kamu doakan
yakinlah Allah akan mempertemukanmu dengan orang yang selalu mendoakanmu.

seseorang yang selalu kamu harapkan dan impikan belum tentu menjadi kenyataan karena mungkin kamulah yang menjadi harapan dan impian seseorang

kamu tidak pernah tau siapa jodohmu, siapa namanya dan bagaimana dirinya..

kamu tak perlu repot mencari jodohmu, tak perlu khawatir tentang jodohmu
karena dia sudah tertulis di lauhul mahfudz
karena Allah sedang mempersiapkannya untukmu agar kelak kamu dipertemukan dengan keridhoan dari-Nya

Allah akan mendatangkannya ketika dia telah pantas untukmu dan kamu pun telah pantas untuk menerimanya..
maka pantaskanlah dirimu untuk menerima kedatangannya

Karena Allah Maha Pembuat Skenario Termanis, Maha Penyimpan Rahasia Terindah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...