Merindumu Adalah
Hal Paling Manis Mengingat Luka
Untuk kamu yang
telah memutuskan pergi. Kenapa dengan lancangnya kamu berani menyelinap kedalam
pikiranku. Tersenyum manis didalamnya, belari-lari mengelilingi ruang
pikiranku. Tanpa kamu tahu, kamu telah membangkitkan luka yang sedang aku
bunuh. Saat itu aku melakukan hal tersulit, mencoba tetap tersenyum saat kamu
memutuskan untuk tidak lagi menetap, sungguh saat itu hatiku merasa sakit.
Ingin rasanya aku membentakmu, menyadarkan kamu bahwa aku benar-benar berjuang
untukmu. Namun aku sadar aku tak mungkin membentakmu karena aku begitu
menyayangimu, mana mungkin aku berani membuat orang yang aku sayang ketakutan
dengan kata-kata keras dan kasarku. Aku juga sadar tidak mungkin aku berani
melarangmu pergi dan tak menetap lagi
sedangkan mungkin kamu telah menemukan seseorang yang memang baik
untukmu, seseorang yang telah gigih berjuang untukmu. Saat itu yang aku lakukan
adalah berusaha tetap tersenyum dan mengeluarkan kata-kata bijak. Mungkin waktu itu aku telah
melakukan kebohongan terbesar tetang perasaanku.
Seakan segala
sesuatu yang aku dan kamu sempat perjuangkan tidak memiliki arti lagi. Segala
sesuatu yang mengatasnamakan kita, masa depan, impian dan keinginan sudah tidak
memmiliki makna. Ada sedikit penyesalan, dimana kamu memutuskan pergi ketika
aku sudah jatuh begitu dalam kepadamu, sudah berharap terlalu tinggi terhadapmu. Ada
sesak yang begitu dalam di dada. Saat aku mengingat bahwa kamu dan aku yang sempat menjadi kita namun berakhir menjadi luka.
Bukan kamu yang
berani dengan lancang menyelinap dalam pikiranku, hanya saja aku yang belum mampu menghapus kenangan-kenangan
indah darimu. Semoga disana kamu baik-baik saja, semoga kamu bahagia dengan
pilihanmu. Aku akan senang jika kamu selalu tersenyum olehnya. Pesanku jangan kamu sakiti hati yang lainnya, cukup
aku saja. Jika kamu rindu aku, aku akan tetap kembali kepadamu, namun dengan
jati diri yang berbeda. Untuk sekarang cukuplah aku yang merindu, karena bagiku
merindumu adalah hal yang paling manis mengingat luka.
Yogyakarta, 9 Desember 2018
Komentar
Posting Komentar