Langsung ke konten utama

Semua Tentang Kamu #4


Aku Bahagia Telah Mengenalmu

Aku akan pergi. Bisakah malam ini kita bertemu? Memesan kopi dan mulai saling bercerita. Memuntahkan segala perasaan yang tertahan tanpa ada lagi kepura-puaraan. Aku ingin menjadikan pertemuan terakhir ini sedikit berkesan. Aku pernah memilikimu walau hanya sebentar. Aku pernah hampir menjadi yang spesial didalam hidupmu. Maka, bisakah kita bertemu malam ini? Aku ingin menikmati cantiknya wajahmu, manisnya senyummu, indahnya matamu untuk yang terakhir. Setelah itu, aku akan pergi dan tidak memaksamu lagi.
Aku tidak akan lagi memintamu untuk mejadikan aku sebagai tujuanmu. Bukan aku menyerah, aku hanya tidak ingin memaksakan perasaanmu. Aku tahu segala sesuatu yang dipaksakan itu akan berakhir tidak baik. Maaf karena aku telat menyadarinya. Aku terlalu menginginkanmu. Egoku terlalu tinggi saat itu.
Kamu tahu, aku sangat bahagia bisa mengenalmu. Sempat memperjuangkanmu. Aku sangat bahagia bisa bertemu dan melihatmu. Bagiku, kamu adalah sosok wanita ajaib. Kamu mampu membuatku terkagum-kagum hanya dalam sekejap. Aku bersyukur telah mengenal sosok yang sangat kuat sepertimu. Maka dari itu, aku sangat menginginkanmu untuk mendampingiku. Aku lupa bertanya, apakah kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Dan aku lupa apakah kamu mau mendampingiku.
Aku minta maaf karena selama ini aku selalu berpikir rasa sakit yang aku rasakan adalah salahmu. Aku keliru, kamu tidak berbuat apa-apa terhadapku. Aku yang salah kerena telah menggantungkan perasaan terlalu tinggi terhadapmu.
Apakah malam ini kita bisa bertemu? Atau kamu sedang memerlukan waktu? Tak apa aku mengerti dan aku tidak memaksamu. Atau kamu sedang membutuhkan ruang sendiri seperti yang selalu kamu katakan? Aku mengerti dan aku juga sudah terbiasa.. Aku harap, aku pernah membuat harimu berkesan, pernah membuat hidupmu bahagia. Semoga kamu baik-baik saja. Aku berdoa untuk kebahagiaanmu. Selamat malam dan mimpi indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...