Prihal Pertanyaan Yang Tak
Pernah Sampai
Setalah mengenal
dan jatuh hati padamu aku mulai mengerti betapa banyaknya rahasia-rahasia yang
disimpan oleh perasaan. Hatiku mulai bertanya apakah kamu juga jatuh hati
kepadaku? Apakah kamu seseorang yang kelak akan menjadi teman hidupku atau
seseorang yang hanya singgah sebentar lalu pergi lagi.
Begitu
banyak pertanyaan dalam hatiku. Mengapa dari pegitu banyak pilihan, hatiku
hanya tertuju padamu, mataku hanya menatap wajahmu dan jariku hanya ingin
menggam tanganmu. Kamu dengan mudah masuk kedalam hatiku dan membawanya. Kamu tidak
tahu, hati yang kamu bawa itu adalah hati yang pernah hancur dan mudah sekali
retak. Aku harap kamu berhati-hati saat membawanya.
Seiring
berjalannya waktu, kamu sudah menjadi tujuan dalam hidupku. Kamu telah menjadi
sosok penting dalam kebahagiaanku. Aku mengira, kamu akan tetap menjadi tujuan
dan sosok penting dalam hidupku. Namun sebelum cerita berjalan pada tahap selanjutnya, kamu tak lagi menjadi
tokoh utama dalam tujuan hidupku.
Dan
lagi, muncul beribu pertanyaan dalam hatiku. Ada apa dengan cerita kita? Apakah kamu
sudah lupa dengan kata-katamu. Apakah kamu sudah lupa dengan perasaanmu. Aku sedang
tidak ingin main-main. Hatiku bukan taman beramain, yang mudah kamu singgahi
dan pergi setalah kamu bosan. Kamu tahu? Aku sudah menyerahkan seluruh hatiku
saat kamu meminta membawanya. Aku sudah sangat mencintaimu.
Hatiku bertanya,
mengapa kamu dengan mudah melupakan cerita kita, tujuan kita dan semua tentang
kita. Aku mengerti, mengapa semua itu terjadi. Sejak cerita kita dimulai
seharusnya aku sadar, aku yang memulai terlebih dahulu. Aku yang terlebih
dahulu jatuh cinta. Aku yang terlebih dahulu memunculkan beribu-ribu pertanyaan. aku sadar semua pertanyaan yang ada membuat hatiku tak tenak, dijawab oleh hatiku juga.
Bahwa semua yang membingungkan hatiku, terjawab sesuai dengan harapanku. Aku lupa bertanya langsung
padamu dan mengetahui jawabmu. Mungkin kamu hanya menganggap aku sebagai tempat persinggahanmu bukan rumahmu. Kamu datang disaat bosan. Dan bodohnya aku menanggapnya itu cinta. Dilain tempat, mungkin kamu sedang menjalin kebahagian dengan lain orang, berbagi cerita dengan rumah yang sebenarnya. Tanpa aku tahu.
Untukmu,
sejujurnya ini sangat sulit bagiku. Aku mulai kesulitan berdiri sendiri untuk
melanjutkan cerita ini. Aku kesulitan terbiasa berjalan tanpa kehadiranmu. Aku juga
kesulitan dengan foto-foto dan pesan singkatmu yang sudah bahagia. aku kesulitan
tentangmu yang sudah mulai menemukan kabahagianmu sendiri.
Aku akhirnya paragrap ini. Aku harus mulai terbiasa tanpa kehadiranmu. Aku mencintaimu. Terimakasih telah
hadir dan sempat menjadi tujuan hidupku. Terimakasih karena sempat mejadikanku
rumahmu walau pada akhirnya membuatmu merasa tidak nyaman. Aku percaya ada
rencana lain yang telah siapkan untukku. Ada kebahagiaan diujung sana yang telah
menungguku. Untukmu tetaplah menjadi seseorang yang diberikan kebahagiaan oleh
rumah yang telah menjadi tujuanmu. Meski itu bukan aku.
Baguss rull
BalasHapusDi tunggu kisah yang lainnya semangatt
BalasHapus