Langsung ke konten utama

Semua Tentang Kamu #6


Nostalgia awal pertama bertemu

Tentang perempuan dihari pertama masuk SMA. Perempuan yang telah mencuri hatiku. Tentang senyum manis yang menjadi semangatku. Tentang tata bicara yang mengalihkan perhatianku. Tentang sapaan yang hanya mampu kubalas dengan senyuman. Aku masih mengingat semuanya dengan jelas. Matanya yang tajam namun menenangkan. Nada bicaranya yang pelan dan malu-malu namun selalu membuatku tersipu. 

Sejak melihatmu dan mengetahui namamu, aku percaya bahwa masa-masa SMA yang kujalani akan mengasyikan. Kamu menjadi alasanku untuk tetap semangat bersekolah. Perempuan yang telah mengisi hatiku. Saat itu semesta mendukungku, kamu berada satu kelas denganku, aku mengambil duduk tepat dibelakangmu. Sejak perkenalan singkat mengawali masa SMA, aku masih belum mampu membalas sapamu. Aku belum cukup keberanian untuk memulai percakapan denganmu. Didepanmu, tubuhku terpaku, senyumku kaku dan hatiku pilu.

Mulai saat itu aku membayangkan berlama-lama denganmu sampai matahari bosan melihatnya. Hidupku sudah berubah. Hatiku dipenuhi bunga-bunga bermekaran. Perasaanku diselimuti senyuman kebahagiaan. Pikiranku dipenuhi tentang aku dan kamu. Ah aku sadar, semua itu hanya bayanganku.
Aku mulai memberanikan diri. Berlatih tidak gugup didepanmu agar hati tidak terlalu berdegub. Berbicara didepan cermin membayangkan kamu yang manjadi lawan bicaraku. Kubuat celengan keberanian yang nantinya akan kupecahkan untukmu. 

Keberanianku tumbuh namun kesempatan gugur. Sulit mencari kesempatan untuk memulai pembicaraan denganmu. Sulit untuk memulai menyapamu. Aku harus mulai mencari kesempatan itu. Karena keberanian saja tidak cukup untuk memulainya lebih jauh denganmu. Aku membutuhkan kesempatan yang baik agar berkesan untukmu.

Aku berterimakasih pada semesta. Kali ini semesta membantuku lagi. Memberikan kesempatan yang sangat berharga, sayang untuk dilewatkan. Bulan September aku memberanikan mencurahkan segala perasaan. Persiapanku sederhana. Membeli satu pasang gelang, berlatih mengucapkan kalimat cinta dan meminta teman untuk menemani. Aku memang bukan lelaki romantis. 

Moment berlalu hatiku pilu. Menantimu membalas seperti apa yang hatiku mau. Pikiranku melayang-lanyang diudara berharap kamu memiliki rasa yang sama. Masa penantian berakhir, bersiap mendengarkan satu kata yang membuat hatiku berhenti bertanya. “Ya aku mau!” sebuah balasan singkat yang menjadi jawaban semua pertanyaan.

Mulai saat itu aku berjalan dengan senyuman dengan kamu tetap berada di sampingku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...