Langsung ke konten utama

Semua Tentang Kamu


Bumi terus berputar. Waktu terus bergerak. Segala sesuatu di dunia ini terus berubah. Pagi yang berbeda. Hari yang berganti. Masa yang telah berubah. Naum aku masih disini dengan perasaan yang sama. Merindukan pesan darimu walau sekedar “selamat pagi” akan membuat hariku sedikit berbeda. Dan nyatanya hanya harapan semu.

Khayalanku selalu menemukan dirimu sebagai tokoh utamanya. Sementara realitas, kamu dan aku berada pada semesta yang berbeda. Kamu bersama seseorang yang membuat hidupmu lebih berarti. Semantara aku berharap kamu kembali. Aku selalu menginginkan berada didalam dunia parallel, dimana khayalan dan realita berjalan beriringan. Khayalan yang selalu menjadi nyata menjadi realita.

Lagi-lagi aku menantimu. Berharap kamu kembali padaku. Namun aku hanya manusia biasa yang tidak bisa melakukan apapun untuk membuatmu kembali lagi padaku. Pagiku datang lagi bersama ingatan tentang kamu. Saat khawatirmu seutuhnya milikku. Saat senyummu tertuju hanya untukku. Kamu layak mendapatkan seseorang yang tulus mencintaimu. Seseorang yang menghargai hadirmu. Bukan aku yang terus saja mengecewakanmu. Aku mencoba mengerti dan percaya bahwa manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu. Hanya saja, terkadang perubahan tersebut sering datang terlambat. Perubahan tersebut datang disaat dunia disekitarmu sudah pergi menjauh. 

Pergilah kemanapun kamu inginkan. Bersama siapa pun kamu melewatinya. Yang aku pesan hanya satu, semoga bahagia dengan seseorang yang lebih baik dariku. Lebih mampu menghargaimu. Lebih bersyukur dengan hadirmu. Dariku yang telah membuatmu kecewa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...