Langsung ke konten utama

Tentang Hati


Tentang Hati; Terimakasih Sudah Bertahan Sejauh Ini

Ada sesuatu di dunia yang benar-benar tidak bisa dilawan – Hati. Keinginan hati tidak akan bisa kita bantah. Keputusannya mutlak. Keinginannya adalah paten. Sekeras apapun kamu melawan, hati akan selalu menang. Sekuat apapun pikiranmu meronta, hati akan selalu mampu mengendalikan. Terkadang hati bisa menjadi alasan kita melakukan sesuatu diluar logika. Bertahan dan berjuang – hati mampu memberikan kekutan 100 kali lipat lebih banyak daripada pikiran. Ketika pikiran bilang “sudah cukup sampai disini” maka hati memberi jawaban “belum, kamu masih mampu”. Alasan itulah yang membuat aku tetap seperti ini. Memberi keyakinan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Memberikan kekuatan untukku berjuang dan bertahan sampai benar-benar hilang harapan.

Dan benar sampai detik ini namamu menjadi tujuanku. Menjadi daftar teratas sesorang yang perlu aku bahagiakan selain keluargaku. Menjadi teman menuaku.  Walaupun sampai detik ini akupun sadar bahwa aku bukanlah sumber bahagiamu. Mungkin aku tidak ada dibagian daftar nama yang menjadi sumber bahagiamu. Aku sadar sampai detik ini kita hanya sepasang hati yang pernah saling mengisi tidak untuk saling memiliki. Sepasang mata yang enggan menatap. Sepasang jantung yang enggan berdetak seirama. Atas semua kenyataan yang ada, aku masih meyakini tentang hari indah dimasa nanti. Aku percaya hati manusai mudah terbolak-balik. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah tetap meyakini apa yang hati ini rasakan. Berdoa untuk kebaikanmu dan berjuang untuk meminangmu. 

Terimakasih hati sudah bertahan sejauh ini untuk sebuah nama. Terimakasih telah memberikan keyaninan ini. Terimakasih atas kekuatan yang telah kamu berikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...