Langsung ke konten utama

Memutar Waktu

Didunia ini tidak ada yang berlangsung selamanya. Selalu ada yang datang dan ada yang pergi. Pada setiap pertemuan akan berakhir pada perpisahan. Namun manusia terkadang lupa dengan hal tersebut sehingga memuculkan kalimat penyesalan selalu datang diakhir cerita. Saat sudah pergi, baru sadar kalo dia punya peranan yang penting. Lupa kalo ada banyak hal yang perlu dihargai dan disyukuri bahwa segala warna yang dibawa orang lain, merah, kuning, biru sampai hitam dan abu-abu memiliki peran masing-masing.

Aku selalu berharap jika mesin waktu ada didunia ini. Maka aku akan memohon agar aku dapat menggunakan mesin tersebut satu kali saja, hanya satu kali, itu lebih dari cukup. Akan aku gunakan untuk membalikan waktu, memperbaiki segala sesuatu yang telah aku rusak. Aku akan mengambil waktu kemasa lalu, dimana semuanya masih utuh. Disaat masih saling melengkapi, saling membenahi, saling merangkul dan saling meyakinkan. Waktu disaat kenyamanku belum menghilang. Ah, sungguh kalimat penyesalan selalu datang diakhir tidak bisa aku ubah.

Terimakasih untuk kamu yang telah memberikan warna didalam hidupku. 
Terimakasih atas kesempatan untuk saling bercerita. Sekarang waktu menginginkan kita untuk berpisah dulu. Diantara kita pasti akan ada yang merindu. Bukan hari ini tapi nanti. Sekarang kita harus melewati jalan masing-masing. Menciptakan cerita sendiri-sendiri. Jika masa lalu tidak bisa diubah maka masa depan tidak bisa ditebak. Entah kembali asing atau menjadi tempat berpulang. Entah saling lupa atau saling jaga. Ada hal yang perlu kamu tahu. Setidaknya kita pernah menjadi bagian cerita dimana kamu dan aku adalah tokoh utamanya. Aku bahagia berada di bagian itu. Semoga kamu selalu baik-baik dan selalu Bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...