Langsung ke konten utama

Malam Yang Berbeda

Untuk kata maaf yang belum sempat disampaikan. Untuk selamat tinggal yang belum sempat terucap. Malam ini sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam ini aku sudah bertekad mengubah semuanya. Sudah kuputuskan untuk megikhlaskan segala kehilangan tentang kamu. 


Setelah melewati malam-malam dengan kamu sebagai tema sebelum mata terpejam aku sedikit mengubah cara berdialogku dengan-Nya. Doa tentang egoku untuk mendapatkanmu. Mengembalikanmu kedalam pelukku, meluluhkan keras hatimu agar aku bisa memperbaiki semua kesalahanku.


Kina dialog ku dengan-Nya tentang kerealaan dan keikhlasan melepasmu. Tuhan aku ikhlas dengan kepergiannya. Biarkan dia berjalan sesuai dengan apa yang ada pasa hatinya. Permintaanku sederhana, tolong jaga dia, lindungi kemana kaki membawanya pergi dan iringi segala langkahnya dengan kebahagiaan.

Tuhan, pertemukanlah dia dengan seorang yang lembut hatinya; dewasa dan tenang pikirannya. Pertemukanlah dia dengan seorang yang menjadi rumah ternyaman untuk bersandar. Pertemukanlah dia dengan orang-orang yang selalu membawa kebahagiaan .

Jangan sampai Engkau biarkan kejamnya dunia mendekatinya.


Kututup doaku malam ini, semoga kamu baik-baik saja disana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelarian Paling Romantis

Bulan April tahun 2019, didasari patah hati, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan mendaki gunung. Aku berpikir puncak gunung merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan melarikan diri. Tanpa ada persiapan mendaki dan pengalaman dialam terbuka apalagi sekelas gunung. Aku nekat untuk pergi mendaki. Benar kata orang-orang bijak “jatuh cinta membuat cara berpikir kita menjadi gila” begitupun akibat dari putus cinta semakin membuat pikiran kita menjadi liar dan tidak terduga. Sekitar pukul empat sore selepas melaksanakan sholat ashar, aku dan teman-teman aku berangkat dari jogja menuju Pegunungan Dieng. Rencananya kami akan mendaki Gunung Prau, selain jalur yang mudah, Gunung Prau juga memiliki pesona yang luar biasa indahnya. Selama didalam perjalanan tidak henti-hentinya aku berdoa, karena aku merasa takut dan was-was terlebih lagi aku belum meminta izin kepada kedua orang tua aku. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami tiba di post pendakian Gunung Prau pukul delapan...

MELEPASKAN

Kita, tempatnya lupa. Kita tidak sadar di bumi bukan hanya ada kita seorang. Ada beribu pasang mata yang siap melihat, ada beribu pasang telinga yang siap mendengar. Masih banyak hati yang siap merasakan ketika kita sedang terpuruk. Kita, makhluk paling egois. Kita tidak mau menunjukan sisi terlemah dalam hidup kita. Kita lebih memilih menutupi semua kesedihan yang dirasa hati. Kita tidak mau cerita, lebih tepatnya belum siap cerita. Lebih memilih menanggung beban sendiri. Sebenernya bukan pilihan yang tepat namun juga bukan pilihan yang salah. Sebab jika memang beban yang dirasa sudah cukup berat maka sesekali kita boleh berbagi, jangan dipendam terus. Kita juga harus mengurangi ego kita. Sakit rasanya jika terus dipaksakan.

IKHLAS

Membahas luka. Tidak jauh-jauh tentang seseorang. Tentang dia yang pernah datang lalu pergi, tentang dia yang berkhianat namun tetap dimanfaatkan atau mungkin tentang dia yang sampai saat ini masih diharapkan. Pernah merasakan sakit? Rasa sakit yang hanya dia yang mampu menyembuhkan. Sampai-sampai masih belum merelakan, belum ikhlas kehilangan.   Rasa ikhlas masih belum sepenuhnya ada. Masa-masa indah yang pernah ada, sesekali datang tanpa aba. Memberikan tamparan bahwa takdir sudah tidak lagi memihak, bahwa semesta sudah tidak lagi ada untuk kita. Hanya bisa menerima bahwa jatuh cinta berarti siap untuk terluka. Jatuh cinta tidak bisa memaksa dan terluka tidak bisa memilih. Rasa ikhlas itu tidak sepenunya hadir. Butuh proses sampai hati kita benar-benar ikhlas.  Rasa ikhlas akan bertambah besar seiring dengan rentetan-rentetan penyesalan yang terucap. Mengapa dulu dipertemukan jika pada akhirnya dipisahkan. Mengapa dulu saling membahagiakan jika pada akhirnya sa...